Senin, 14 September 2009

Salam Hangat dari BDK Surabaya

Prajabatan: Sebuah Semangat Perubahan
Perubahan ke arah yang lebih baik harus dilakukan. Dan, perubahan itu, bagi saya tidak mengenal ruang dan waktu. Dimanapun tempat kaki berpijak, disitulah, manusia bisa melakukan berbagai perubahan ke arah yang lebih baik. Untuk itu, pekerjaan apapun bukanlah menjadi alasan manusia untuk tidak ikut memikirkan nasib baik generasi mendatang. Sebab, masing-masing individu memiliki kontribusi besar dalam menata peradaban bangsa ini.

Mengikuti Diklat Prajabatan Nasional Golongan III Angkatan V di Balai Diklat Keagamaan (BDK) Surabaya, 19 Agustus-11 September 2009 memberikan pelajaran berharga bahwa para calon pegawai negeri sipil (CPNS) dituntut untuk melakukan perubahan dalam memberikana layanan publik kepada masyarakat.
Salah satu yang banyak diperbincangkan adalah tekad pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk melakukan reformasi birokrasi dengan melakukan gerakan perbaikan internal di tingkat pegawai. Salah satunya, mendesain penilaian para PNS itu dengan basis kinerja yang jelas. Para abdi negara di masa mendatang akan mendapatkan tugas yang proporsional dan profesional. Mereka akan mendapatkan gaji besar kalau kinerjanya bagus. Mereka bisa meraih pendapatan kecil kalau ternyata terbukti pekerjaannya tidak maksimal.
Tekad ini tentu menjadi harapan besar. Sebab, dengan perubahan pola pikir (mind setting) para aparatur pemerintah itu, maka pelayanan prima kepada masyarakat bisa dipenuhi sesuai harapan. Hal ini tentu akan membersihkan model-model layanan kuno yang pernah membuat stigma buruk pada diri pegawai negara itu. Mulai dari kesan pegawai yang bekerja tidak sesuai dengan keahlian, banyak nganggur, dan persepsi miring soal rendahnya disiplin pegawai harus dihapus total.
Untuk meraih semua itu, banyak perangkat yang sekarang ini terus disempurnakan. Mulai dari gerakan cepat budaya kerja, etika organisasi pemerintah yang diperketat, manajemen perkantoran yang dibuat modern, hingga sistem penyelenggaraan pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang harus menjadi kekuatan para abdi negara dalam menjalankan tugas-tugas pemerintah. Para peserta juga diberikan kiat-kiat bagaimana membangun kekuatan tim (tim building), memecahkan konflik dalam kelompok secara elegan, hingga memperkuat kesehatan mental para aparatur negara.
Tak hanya itu, para peserta diklat juga mendapatkan materi khusus soal percepatan pemberantasan korupsi yang cukup mengesankan. Sebab, para instrukturnya (widyaiswara) juga blak-blakan soal keterpurukan bangsa ini yang diakibatkan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Penyakit membahayakan ini juga menjadi tekad besar para abdi negara untuk memberantasnya.
Tentu saja, masih banyak materi lainya yang secara penuh diajarkan mulai dari pagi hingga sore hari. Kepala Balai Diklat Keagamaan Surabaya Prof Dr Zainuddin Maliki mengingatkan, agar materi yang diajarkan itu menjadi bekal dalam melakukan perubahan para peserta di tempat kerjanya. Apalagi, diklat yang digelar 24 hari selama Ramadan 1430 H ini juga memberikan makna besar bagi perubahan pola sikap dan perilaku CPNS.
Kami yang mengikuti diklat di golongan III Angkatan V juga bisa merasakan oksigen untuk memulai perubahan itu. Setidaknya, pengalaman kerja 10 tahun di Harian Pagi Radar Jember Jawa Pos Grup (September 1999-September 2009) juga memberikan inspirasi besar untuk mencari format baru perubahan itu. Jika visi besar perubahan di pers adalah menggerakkan diri sebagai fungsi kontrol sosial dan melakukan edukasi publik (disamping menghadirkan hiburan dan lembaga ekonomi), maka bekerja di birokrasi lebih berdimensi pada pelayanan prima kepada publik dan siap dikontrol oleh masyarakat
Untuk itu, perubahan “rumah” baru untuk pengabdian kepada Allah SWT itu ini adalah sarana (wasilah) untuk semakin mendekatkan diri kepada Sang Khaliq. Perubahan tidak bisa dilakukan sendirian, tapi harus dengan tim building yang kuat, strategi dan manajemen yang matang. Jika ini dilakukan, maka masa depan perabadan bangsa ini akan berjaya dan memiliki derajat kemuliaan karena terus melakukan dan berlomba-lomba untuk yang terbaik (fastabikhul khairat). Wallahu A’lam Bish Shawab. (kun wazis)