Rabu, 10 Juni 2009

Karya Seorang Insinyur Ndeso

Sumber: Harian Pagi Radar Jember Jawa Pos Grup, 27 Mei 2009

Daris Buhari; Jebolan Madrasah Buat Teknologi Tepat Guna
Ciptakan Perajang Tembakau Berpisau Satu hingga Parut Kelapa

Meski bukan jebolan universitas dan tidak menyandang gelar insinyur, bukan berarti tidak bisa berkreativitas. Ini pula yang dipegang teguh oleh Daris Buhari, warga Kalisat. Dengan tekad, semangat, dan kemauan kuat, berbagai alat teknologi tepat guna berhasil dibuat. Apa tekadnya?


Siang itu, Daris Buhari terlihat lagi santai di rumahnya. Dia baru saja menerima sejumlah tamu dari kalangan asosiasi tembakau Jember. Kalangan asosiasi tersebut memesan empat buah mesin perajang tembakau hasil karyanya.
Dalam kondisi hujan deras masih mengguyur kawasan Kalisat, Bukari menikmati betul rokok yang diisapnya dalam-dalam. ”Cocok kalau hujan begini merokok,” ujar Buhari.
Dia tak menyangka jika wartawan koran ini mendatangi rumahnya, kemarin. Setelah tahu, dia langsung mempersilakan masuk. Terasa akrab, Buhari langsung menuturkan keluh kesahnya dalam memasarkan hasil produknya. ”Pesanan banyak, modal cupet,” ujarnya.
Menurut dia, sedikitnya ada 21 unit alat perajang tembakau yang sudah dipesan dari dalam Jember maupun luar kota. Namun apa daya, dirinya tak punya dana cukup untuk memenuhi permintaan tersebut. Ini mengingat, satu alat perajang hasil inovasi yang dibuatnya membutuhkan dana sekitar Rp 6 juta. ”Mestinya, 75 persen dari modal itu harus dibayar dulu. Tapi, tidak semuanya mau. Itu yang masih harus saya pecahkan,” kata pria yang rambutnya mulai memutih itu.
Buhari mengaku sempat ditawari bantuan permodalan. Sayang, dihitung-hitung, besarnya bunga kredit yang harus ditanggung sangat besar. Sehingga tidak mungkin bagi dirinya untuk menerima bantuan permodalan tersebut. Prinsipnya, Buhari tidak mau harus menanggung utang nantinya.
”Semua modal akhirnya saya usaha sendiri. Kalau instansi pemerintah biasanya hanya melakukan pembinaan. Tapi, kalau yang meminjami modal tanpa bunga, tidak ada,” ujarnya.
Meski terganjal pendanaan, Buhari tidak pernah putus asa. Ini dibuktikan dengan keuletannya selama 10 tahun menggeluti usaha ini. Dia mengandalkan betul kemampuan dirinya dalam berinovasi membuat berbagai alat tepat guna yang harganya murah. Apalagi, selain punya kemampuan membuat alat perajang tembakau, Buhari juga membuat alat khusus untuk parut kelapa dan bumbu yang praktis dan efisien.
Buhari memang cukup kreatif mendesain alat perajang tersebut. Bermodal mesin berkekuatan 5,5 tenaga kuda, Buhari membuat konfigurasi untuk alat mesinnya. Bahkan, banyak yang heran dengan temuan mesin perajang tembakau yang mengandalkan satu pisau saja.
Selama ini, mesin yang dikembangkan untuk rajang tembakau punya dua pisau. Namun, menurut Buhari, hasil rajangan tembakau menjadi hitam karena terlalu cepat proses merajangnya. ”Tapi, dengan membuat keseimbangan mata pisau, satu pisau hasilnya justru lebih bagus,” ujarnya.
Tak hanya keunikan alat rajang tembakau berpisau satu yang menarik. Kekuatan rajangan tembakau ternyata juga bisa diatur, tergantung keinginan pemakai. Misalnya, untuk merajang tembakau dengan daun yang menguning segar, putaran mesin bisa diatur dengan 2,5 strip dari nol gas.
Sedangkan untuk tembakau yang kondisinya sudah kuning layu dibutuhkan putaran mesin maksimal 3,5 strip. ”Untuk tembakau kering total, harus dilembapkan terlebih dahulu dan menggunakan kecepatan mesin maksimal 6 strip. Kalau dihitung, per jam, bisa menghasilkan 5 kuintal rajangan,” katanya.
Keunggulan lainnya, Buhari menciptakan alat yang serba ringan. Seluruh kerangka dibuat dari kayu. Bahkan, masing-masing bagiannya bisa dibongkar pasang dan diberi alat pengaman. Misalnya, untuk alat untuk memarut kelapa, pengamannya dibuat dari kayu, sehingga memperkecil risiko tangan terluka. ”Ini hasil kombinasi alat-alat yang ada di toko, sehingga perlu beberapa penyempurnaan,” katanya.
Buhari mengaku, selama ini, banyak pesanan datang dari kalangan pengusaha dan pengelola tembakau di Jember. Biar tidak kalah, dia kini sedang merancang alat khusus pemecah jerami yang nantinya digunakan untuk pupuk organik. ”Kalau yang studi banding ke sini cukup banyak. Misalnya dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Blitar, Pemkab Banyuwangi, Dinas Pertanian dan Perkebunan Probolinggo, dan banyak lagi,” ujar pria asli Jember kelahiran 5 Mei 1950 ini.
Buhari menambahkan, berbagai alat teknologi tepat guna tersebut murni hasil karyanya sendiri. Tujuannya, ingin membantu petani agar lebih sejahtera. Apalagi, saat hasil karyanya dioperasikan, hasil rajangan tembakau lebih bagus dan pekerjaan bisa lebih singkat.
Buhari mengaku belajar semuanya dengan otodidak. Jebolan sebuah sekolah madrasah di Jember ini tidak pernah mengenyam bangku kuliah. Semua karyanya dimulai dari tekad kuatnya untuk menghasilkan alat yang bermanfaat buat manusia. ”Saya selalu tidak puas dengan apa yang saya kerjakan. Karya harus lebih baik,” ujarnya. (kun wazis)